Musibah juga bertingkat, mulai dari yang kecil seperti tertusuk duri sampai pada tingkat paling besar, bencana alam. Semua adalah musibah yang menyakitkan dan menyulitkan diri apabila tertimpa.
Beberapa waktu belakangan ini misalkan, mulai dari gempa NTB, likuifaksi beserta tsunami Palu dan yang terakhir di Banten dan Lampung. Semua membawa luka mendalam bagi korban dan keluarga yang ditinggal.
Tapi bagi orang beriman, itu bukan masalah terbesar. Sebab ada jaminan dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, bahwa tidaklah menimpa seorang Muslim sebuah musibah, baik itu berupa rasa sakit, galau, demam, sampai duri yang tertusuk kecuali itu merupakan penggugur dosanya.
Bagi seorang Muslim, yang namanya musibah itu bisa jadi sesuatu yang baik selama ia menerima dengan baik dan berprasangka baik kepada Allah Subhanahu wa Ta�ala. Dalam Hadits lain Rasulullah juga bersabda, bahwa jika Allah mencintai seorang hamba dia akan memberikan musibah atau ujian.
Lantas apa �musibah terbesar� bagi seorang Muslim?
�Musibah� terbesar adalah ketika Muslim satu dengan yang lainnya memutuskan silaturahim, ketika mereka bermusuhan tidak bertegur sapa, ketika mereka merenggangkan ukhuwah.
Sebagaimana disebutkan dalam Hadits Nabi, tidak akan masuk surga orang tidak mengajak berbicara saudaranya melebihi 3 hari. Rusaknya ukhuwah akan berdampak pada kesulitan dan kesengsaraan di dunia terlebih di akhirat nanti.
Maka tidak heran jika Nabi menjadikan kesempurnaan iman itu di antaranya melalui hubungan persaudaraan yang baik.
Beliau bersabda, �Tidak beriman salah seorang di antara kalian sampai dia mencintai untuk saudaranya seperti dia mencintai untuk dirinya sendiri.�
Maka �musibah terbesar� bagi seorang Muslim bukanlah bencana alam, tapi �musibah terbesar� adalah retaknya ukhuwah.
Post a Comment
Post a Comment