"Perlu saya sampaikan, bahwa menurut intelijen strategis ada perkiraan selama 20 tahun ke depan tidak ada invasi dari negara asing," kata Kepala Pusat Komunikasi Kementerian Pertahanan (Kemhan) Brigjen TNI Totok Sugiharto kepada wartawan, Minggu (31/3/2019).
Informasi intelijen strategis itu pertama kali diungkapkan oleh Jokowi di arena debat capres di Hotel Shangri-La, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Sabtu (30/3) kemarin. Totok menjelaskan, informasi demikian bersifat perkiraan.
"Kalau kata-kata perkiraan itu kan bisa saja dalam perjalanannya tidak sesuai target dan hal ini tentunya akan dievaluasi ke depannya. Jadi kata perkiraan itu tidak hitam putih maknanya," kata Totok.
Kemhan menilai ada hal yang lebih berpotensi menjadi ancaman bagi Indonesia ketimbang invasi dari pihak luar negeri. Potensi itu datang dari dalam negeri sendiri.
"Yang justru menjadi ancaman saat ini yag harus diwaspadai adalah ancaman dalam negeri, salah satunya ancaman terorisme," kata Totok.
Sebelumnya dalam debat capres, Jokowi menjelaskan soal anggaran alat utama sistem pertahanan (alutsista) Indonesia yang disoroti Prabowo lebih kecil ketimbang anggaran alutsista negara-negara tetangga. Jokowi mengakui hal itu.
"Tetapi saya masih meyakini bahwa dari informasi intelijen strategis yang masuk pada saya mengatakan bahwa dua puluh tahun ke depan invasi dari negara lain ke negara kita dapat dikatakan tidak ada dalam waktu kurun 20 tahun, tetapi yang perlu dicermati justru keamanan di dalam negeri yang berkaitan dengan konflik," tutur Jokowi kemarin.
Perdebatan berlanjut. Di seberangnya, Prabowo menyanggah kebenaran informasi intelijen semacam itu. Mantan Komandan Jenderal Kopassus dan Panglima Komando Strategis Angkatan Darat itu menyimpulkan berdasarkan pengalamannya, informasi intelijen semacam itu sudah ada sejak masa lalu.
"Kalau saya, kalau saya presidennya, ya, saya ganti itu yang kasih briefing itu," kata Prabowo. "Saya menerima briefing waktu saya mau dilantik, 'Dalam 20 tahun tidak akan perang.'," kata Prabowo sembari menirukan nada bicara orang lain yang dulu pernah memberinya arahan. "Tahun depan kita ke Timtim (Timor Timur). Ini menurut saya penyakit Bangsa Indonesia. Kok berani laporan ke Panglima Tertinggi seperti ini. Saya kira ini masalah, Pak," sorot Prabowo.
Jokowi kemudian menjelaskan kembali. Informasi intelijen strategis itu dikatakannnya sebagai perkiraan. Bisa saja perkiraan itu keliru. "Bukan tidak, tetapi diperkirakan, intelijen strategis memperkirakan. ini perkiraan yang namanya perkiraan bisa, bisa betul tetapi juga bisa keliru oleh sebab itu kembali lagi ingin saya sampaikan," tutur Jokowi. (detik.news)
Post a Comment
Post a Comment