"Intinya sedang kami dalami. Kalaupun tahapanya adalah penelusuran, nah penelusurannya itu yang akan dilakukan bareng oleh tim kita," kata Afif di Gedung Bawaslu, Jakarta, Rabu, 23 Januari 2019.
Afif menjelaskan, hal itu dilakukan karena Bawaslu belum menerima laporan. Namun, ia menyatakan, meski belum ada laporan, Bawaslu bisa melakukan penyelidikan berdasarkan temuan.
Bawaslu, kata Afif, lebih memprioritaskan hal yang sifatnya pelaporan. Karena bila Bawaslu harus menemukan data-data sendiri, harus yang presisi dan akurat.
"Seringkali kalau kami menemukan dua jalur ini, kami pakai yang laporan dulu. Karena laporan ini menjadi kewajiban kami untuk menindaklanjuti. Pada materil yang sama, seringkali kami dahulukan yang laporan, meskipun kami bisa melakukan penindakan berdasarkan temuan," tuturnya.
Afif menyampaikan, hingga hari ini belum ada yang melaporkan pembelian sabun cuci senilai Rp2 miliar oleh Jokowi. "Kelihatanya yang ini belum. Tapi sifatnya kalau sudah ada laporan ya sudah. Itu yang kami tempuh," kata Afif.
Sebelumnya, Ibu Liliawati, seorang perempuan yang memulai usahanya dengan berjualan sabun cuci piring kaget saat Presiden Jokowi memborong produknya di Gedung Serbaguna Mandala, Kabupaten Garut, dalam rangka Penyaluran Bantuan Sosial Program Keluarga Harapan (PKH) 2019.
"100 ribu botol (produk sabun cuci piring yang diborong Jokowi). Kaget. Insya Allah sanggup (memenuhi pesanan Jokowi)," ujar Liliawati, saat dikonfirmasi, Sabtu, 19 Januari 2019.
Lili menambahkan uang yang besar itu akan ia gunakan untuk mengembangkan usahanya. Termasuk memberangkatkan orangtuanya ke Tanah Suci.
"Mau umroh. Umrohin orangtua," katanya.
Post a Comment
Post a Comment